Setelah hati kita dibuat gemetar oleh dahsyatnya pesan penting
di balik rahasia aktivitas "TIDUR" berkat petunjuk Alquran, maka kali
ini rasanya saya ingin sedikit mengorek lebih dalam lagi (belajar) akan
makna dari hakikat tidur.
***********************
Tidur
(aktivitas tidur) kita ketahui bersama adalah merupakan istirahat terbaik bawaan suatu mahluk dengan terpejamnya mata dan kesadaran sehingga tiada
lagi namanya laku tubuh dari segala kesibukan-kesibukan yang ada. Jadi, TIDUR (umumnya) identik dengan diamnya aktivitas tubuh.
Dan tidur ini adalah sebagian fitrah dariNya selama kita hidup di dunia.
Dan tidur ini adalah sebagian fitrah dariNya selama kita hidup di dunia.
"Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat..."
(QS. Al-Furqan: 47)
Sebagaimana tidur itu ternyata memiliki kandungan pengetahuan adanya hari berbangkit, tidur juga TERNYATA memiliki kandungan ilmu penting luar biasa lainnya. Ilmu yang sangat-sangat fantastis menakjubkan apabila kita mampu mendalaminya.
Yaitu ilmu tentang cara bersatu dengan Allah. Bersatu dengan Tuhan semesta alam.
Bersatu dengan Tuhan???
Ya. Apa yang anda ingat sebelum anda ADA di keberadaan ini??? Saya tidak bertanya maksud lain. Simak baik-baik. Apa yang anda ingat sebelum anda ADA di keberadaan ini???
Mungkin anda termasuk saya memang tidak bisa mengingat apa-apa, sebab diri kita saat itu memang belumlah diciptakan. Tapi, bagaimana dengan sekarang ini. Keadaan di mana kita telah di ADA-kan olehNya.
Apakah anda (akhirnya) bisa mengingat sesuatu di saat anda sedang tidur???
Resapi pertanyaan diatas. Apakah anda bisa mengingat sesuatu tatkala anda sedang tertidur???
Surat 89/27-28:
"Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi di ridhoiNya".
Sepertinya
kita tetap tidak bisa mengingat sesuatu di saat kita tertidur. Padahal
kita sudah ADA. Dari sini jelas sekali, ternyata tidak ada bedanya
antara "tidur" dengan "keberadaan sebelum keberadaan".
************************
Lebih
lanjut, manusia di dalam garis ketentuanNya di perintahkan untuk
menyembah kepadaNya, dan menyembah kepadaNya disini pastinya lebih dari
sekedar menjalani "ritual keagamaan" yang memang telah di ajarkan Rasul.
Alquran secara tegas juga menyampaikan untuk dapat kembali bersatu
kepada Yang Maha Hidup, kita haruslah mengarah pada kemurnian sejati yakni jiwa yang tenang.
Surat 89/27-28:
"Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi di ridhoiNya".
Dengan cara yang ampuh seperti APAKAH agar jiwa kita dapat tenang SE-TENANG-TENANGNYA dalam menahan sesak himpitan kenyataan kodrat??? Satu-satunya cara adalah dengan apa yang sedang
kita bahas disini.
Yaitu :
Kita haruslah (seperti) tidur.
(menyerahkan
kesadaran)
Dengan tidur kita semua pasrah atas apa
yang akan terjadi. Dengan tidur, segala duka bahkan suka tidak lagi
terasa. Dengan tidur, tidak ada lagi pertempuran nafsu dengan hati.
Dengan tidur, bagaikan setetes air yang jatuh ke tengah luasnya laut.
Dengan tidur, maka benarlah akhirnya jiwa kita pun dapat tenang.
Surat 2/54:
"...maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu, ..."
Perhatikan
ayat diatas. Jelas sekali Alquran sungguh menyuruh kita untuk "tidur" yaitu
dengan cara "membunuh" diri kita sendiri (dan pernah kita bahas sebelumnya
bahwa memang tidur = mati). Ingat, hidup adalah kesadaran.
Fakta sederhana bahwa tidur merupakan alamat terakhir yang sebenarnya memang kita cari ADALAH : lihat saja keseharian kita. Bukan kah pada akhirnya kita akan menuju tempat tidur untuk memejamkan kesadaran setelah menjalani rutinitas kesibukan dunia yang memperdayakan???
Kesimpulannya jelas, ternyata memang mudah tak mudah untuk bisa bersatu dengan diriNya Yang Maha Suci. Dengan tidur, maka hilang lah sifat "aku" (ego) dalam diri. Hingga pada akhirnya yang ada itu hanyalah sebentuk wujud yang benar-benar berserah. Pada saat itulah Allah bersatu dengan kita. Seperti Kekasih yang memeluk erat kekasihNya yang tertidur agar tetap terlindungi.
Terakhir, mungkin kita jadi sedikit bertanya :
Hal ini di dikembalikan kepada masing-masing jiwa. Sampai sejauh mana ia dapat ikhlas menyerahkan kesadarannya. Di awali pentingnya membangun kesadaran. Dan di akhiri dengan manisnya menyerahkan (mengembalikan) kesadaran. Bukankah kita akan lebih leluasa "menggerakan" orang yang sedang tertidur di banding dengan "menggerakan" orang yang tengah terjaga??? Maka seperti itu jugalah Allah dalam memuliakan hambaNya.
Bagaimana mungkin Allah sudi memuliakan kita, sementara kita masih terjaga atas kesadaran yang tergoda oleh nafsu-nafsu???
Perlu di ingat, apabila kita sudah mampu sepenuhnya "tidur" (menyerahkan kesadaran) (menghilangkan sifat "aku" , "ego"), maka tenang sajalah. Allah bersama orang-orang yang berserah. Lihat lah pelajaran dari kisah Al Kahfi. Mereka tidur. Tapi mereka tetap terjaga.
Dan akhirnya pun, mereka menjadi manusia yang sangat kuat. Karena hidupnya telah terjamin di jaga oleh Allah beserta para MalaikatNya.
1 Komentar Terpilih dari 30 Komentar :
Fakta sederhana bahwa tidur merupakan alamat terakhir yang sebenarnya memang kita cari ADALAH : lihat saja keseharian kita. Bukan kah pada akhirnya kita akan menuju tempat tidur untuk memejamkan kesadaran setelah menjalani rutinitas kesibukan dunia yang memperdayakan???
Dan sepertinya, Allah memang menciptakan adanya aktivitas tidur semata-mata agar kita dapat mempelajari hakikat ini.
Surat 39/42:
"Sesungguhnya Allah mematikan manusia diwaktu ia meninggal dunia dan
mematikan manusia diwaktu ia tidur. Maka jiwa (yang meninggal) ditahanNya
(sampai hari kebangkitan). Dan jiwa (yang tidur) dikembalikanNya sampai waktu
yang ditentukan (sampai bangun tidurnya). Sesungguhnya hal itu menjadi
tanda-tanda kekuasaan Allah bagi MEREKA YANG BERFIKIR."
Kesimpulannya jelas, ternyata memang mudah tak mudah untuk bisa bersatu dengan diriNya Yang Maha Suci. Dengan tidur, maka hilang lah sifat "aku" (ego) dalam diri. Hingga pada akhirnya yang ada itu hanyalah sebentuk wujud yang benar-benar berserah. Pada saat itulah Allah bersatu dengan kita. Seperti Kekasih yang memeluk erat kekasihNya yang tertidur agar tetap terlindungi.
Terakhir, mungkin kita jadi sedikit bertanya :
Apakah kita dapat senantiasa selalu bersatu denganNya?
Hal ini di dikembalikan kepada masing-masing jiwa. Sampai sejauh mana ia dapat ikhlas menyerahkan kesadarannya. Di awali pentingnya membangun kesadaran. Dan di akhiri dengan manisnya menyerahkan (mengembalikan) kesadaran. Bukankah kita akan lebih leluasa "menggerakan" orang yang sedang tertidur di banding dengan "menggerakan" orang yang tengah terjaga??? Maka seperti itu jugalah Allah dalam memuliakan hambaNya.
Bagaimana mungkin Allah sudi memuliakan kita, sementara kita masih terjaga atas kesadaran yang tergoda oleh nafsu-nafsu???
Perlu di ingat, apabila kita sudah mampu sepenuhnya "tidur" (menyerahkan kesadaran) (menghilangkan sifat "aku" , "ego"), maka tenang sajalah. Allah bersama orang-orang yang berserah. Lihat lah pelajaran dari kisah Al Kahfi. Mereka tidur. Tapi mereka tetap terjaga.
Dan akhirnya pun, mereka menjadi manusia yang sangat kuat. Karena hidupnya telah terjamin di jaga oleh Allah beserta para MalaikatNya.
"
Dan Kami balik-balikkan (Kami-lah yang menghidupkan) mereka ke kanan dan ke kiri...."
Dan Kami balik-balikkan (Kami-lah yang menghidupkan) mereka ke kanan dan ke kiri...."
(QS. Al Kahfi : 18)
--------------------------------------------------------------------
Ditulis oleh : Juns Aktif
Kategori : Rasa